Dengan adanya kekuatan itu, ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenang-wenang sehingga memancing munculnya insiden. Insiden pertama kali terjadi tanggal 13 Oktober 1945 di Jalan Bali, Medan. Insiden itu berawal dari ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-nginjak lencana Merah Putih. Akibatnya hotel itu diserang dan dirusak oleh kalangan pemuda. Dampak dari insiden itu menjalar ke beberapa kota lain seperti Pematang Siantar, dan Brastagi.
Pada tanggal 10 Oktober 1945 dibentuk TKR Sumatera Timur dengan pimpinannya Achmad Tahir. Selanjutnya diadakan pemanggilan bekas Giyugun dan Heiho ke Sumatera Timur. Disamping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 Oktober 1945 menjadi Pemuda Republik Indonesia Sumatera Timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo.
Setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tentang terbentuknya partai-partai politik pada bulan November 1945, di Sumatera dibentuk laskar-laskar partai. PNI memiliki laskar yang bernama Nasional Pelopor Indonesia (Napindo), PKI mempunyai barisan Merah, Masyumi mempunyai laskar Hisbullah dan Parkindo mendirikan Pemuda Parkindo.
Sementara itu pada tanggal 18 Oktober 1945, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly memberi ultimatum agar para pemuda Medan menyerahkan senjatanya kepada sekutu. Pasukan Sekutu-Inggris juga semakin memperkeruh suasana dengan permusuhan dikalangan pemuda Indonesia di Sumatera.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu-Inggris memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di daerah-daerah pinggiran kota Medan. Sejak saat itu nama Medan Area menjadi terkenal. Inggris bersama NICA melakuan pembersihan terhadap unsur-unsur Republik Indonesia di Medan. Bahkan pada tanggal 10 Desember 1945, mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di Trepes. Aksi tersebut tentu saja mendapat perlawanan yang sengit dari pemuda Medan.
Dengan terjadinya peristiwa seperti itu, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata yang mereka miliki dan jika tidak, akan ditembak mati. Pada bulan April 1946 tentara Sekutu Inggris sudah mulai mendesak Pemerintah Republik Indonesia di Medan. Gubernur, markas besar divisi TKR dan walikota pindah ke Pematang Siantar. Inggris pun menduduki kota Medan.
Pada tanggal 10 Agustus 1946, diselenggarakan suatu pertemuan di Tebing Tinggi antara para komando pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan itu memutuskan dibentuknya suatu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando resimen itu terdiri atas empat sektor, dan tiap sektor terdiri dari empat subsektor. Tiap-tiap sektor berkekuatan satu batalyon. Markas komando resimen berkedudukan di sudi mengerti, Trepes. Di bawah komando itulah mereka meneruskan perjuangan di Medan Area.
KESIMPULAN
Pada tanggal 9 November 1945, Pasukan Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di kota Medan. Awalnya kedatangan mereka disambut baik oleh penguasa medan, tapi karena mereka datang bersama NICA yang berusaha memulihkan kembali kekuasaan belanda di Indonesia maka pada tanggal 10 Desember 1945, terjadilah Insiden antara pejuang Indonesia dengan Sekutu. Dengan adanya Insiden tersebut Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mengancam para pemuda untuk menyerahkan senjata yang dimilikinya. Dan pada tanggal 10 Agustus 1946 di selenggarakan suatu pertemuan antara para Komando-Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Dan di bawah komando inilah mereka meneruskan perjuangan di Medan Area.
http://mandiricom.wordpress.com/2009/12/18/pertempuran-medan-area/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar