IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Istilah Qadha' bila dimutlakkan, maka memuat makna Qadar dan sebaliknya istilah Qadar bila dimutlakkan, maka memuat makna Qadha', Akan tetapi bila dikatakan "Qadha-Qadar", maka ada perbedaan di antara keduanya. Hal ini banyak terjadi dalam bahasa Arab. Satu kata dapat bermakna yang luas ketika sendirian dan punya makna khusus bila disatukan.
Akan tetapi ketika dikumpulkan, kata Qadha' bermakna: sesuatu yang ditetapkan Allah pada mahluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan maupun perubahannya.
Sedangkan Qadar bermakna sesuatu yang telah di¬ten¬tu¬kan Allah sejak zaman azali. Inilah perbedaan antara kedua istilah tersebut. Maka Qadar ada lebih dahulu kemudian disusul dengan Qadha'.
Kemudian yang dimaksud dengan iman kepada Qadar adalah kita mempercayai (sepenuhnya) bahwa Allah telah me¬netapkan segala sesuatu, sebagaimana firman-Nya. “Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya" [Al-Furqaan : 2]
Kemudian ketetapan yang telah ditetapkan Allah selalu sesuai dengan kebijakan-Nya dan tujuan mulia yang meng¬ikuti¬nya serta berbagai akibat yang bermanfaat bagi hamba-Nya, baik untuk kehidupan (dunia) maupun akhiratnya.
Iman kepada Qadar berkisar empat tingkat keimanan.
1. Ilmu (Allah), yakni mempercayai dengan sepenuhnya bahwa ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala meliputi segala sesuatu, baik di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang, baik yang berhubungan dengan perbuatan-Nya maupun perbuatan hamba-Nya.
Dia (Allah) meliputi semuanya, baik secara global maupun rinci dengan ilmu-Nya yang menjadi salah satu sifat-Nya sejak azali dan selamanya (tak ada akhirnya). Dalil-dalil tentang tingkatan ini banyak sekali. Allah telah berfirman : "Artinya : Sesungguhnya Allah tidak ada rahasia lagi bagi-Nya segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit" [ Ali-Imran : 5] Artinya : Sesungguhnya Aku telah menciptakan manusia dan Aku mengetahui apa yang dibbisikkan hatinya" [Qaf : 16] ''Artinya : Allah mengetahui segala sesuatu" [Al-Baqarah : 283 )
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan pengetahuan Allah pada segala sesuatu, baik secara global maupun rinci. Dalam tingkatan ini barangsiapa yang mengingkari Qadar maka dia kafir, karena dia mendustakan Allah dan Rasul-Nya serta ijma' kaum muslimin dan meremehkan kesempurnaan Allah. Karena kebalikan ilmu ada¬lah mungkin bodoh atau alpa dan keduanya berupa aib (cacat). Allah terlah ber¬firman tentang Nabi Musa ketika dia ditanya oleh Fir'aun. "Artinya: Maka apa saja yang telah terjadi di abad-abad terdahulu, dia (Musa) menjawab : Pengetahuan tentang itu di sisi Rabb-ku di dalam kitab yang Rabb-ku tidak akan salah dan alpa ( di dalamnya)" [Thaha : 51-51] Maka Allah tidak akan bodoh terhadap sesuatu yang akan datang dan tidak akan melupakan sesuatu yang telah lewat.
2. Beriman kepada Allah telah menulis ketetapan segala sesuatu sampai terjadi hari Qiyamat.
Ketika Allah menciptakan Qalam, Allah berfirman kepadanya: "Tulislah", kemudian Qalam berkata : "Hai Tuhanku, apa yang aku tulis?" Dia berfirman: "Tulislah (dalam hadits yang lain. "Tulislah taqdir segala sesuatu hingga hari kiamat") semuanya yang terjadi", kemudian dia (Qalam) seketika berjalan menulis segala sesuatu yang terjadi sampai hari Qiyamat. Maka Allah telah menulis di Lauh Mahfudz ketetapan segala sesuatu.
Tingkatan ini telah ditunjukkan oleh firman Allah. "Artinya: “Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah" [Al-Hajj : 70]
Allah juga berfirman. "Sesungguhnya itu semua berada dalam kitab", artinya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz). (Sesungguhnya semua itu sangat mudah bagi Allah). Kemudian penulisan tersebut terkadang bersifat rinci. Maka janin yang ada di perut ibunya bila melewati umur empat bulan, maka Allah mengutus malaikat kepada¬nya dan mengutusnya membawa empat kalimat, yaitu menulis rizki, ajal, perbuatan, celaka atau bahagia, sebagaimana tertuang dalam hadits shahih Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan ditulis juga di dalam Qadar apa saja yang terjadi dalam tahun itu. Sebagaimana Allah berfirman. "Artinya: “Sesungguhnya Aku telah menurunkan pada malam yang berkah, sesungguhnya Aku memberi peringatan di dalamnya tentang perbedaan sesuatu yang mengandung hikmah, sebagai perintah dari-Ku, sesungguhnya Aku Rabb Yang Mengutus" [Ad-Dukhan : 3-5]
3. Beriman bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini disebabkan kehendak Allah.
Segala sesuatu yang ada di alam ini terjadi karena kehendak Allah, baik yang dilakukan oleh-Nya maupun oleh mahkhluk. Allah telah berfirman. "Artinya : Dia (Allah) melakukan apa yang Dia kehendaki" [Ibrahim : 7]
Allah juga berfirman. "Artinya: Kalau Dia (Allah) meng¬hendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya" [Al-An'am : 149]
Dan masih banyak lagi ayat yang menunjukkan bahwa perbuatan-Nya terjadi karena kehendak-Nya. Begitu juga segala perbuatan makhluk terjadi dengan kehendak-Nya, sebagaimana firman Allah. "Artinya : Kalau Allah menghendaki, maka tidak terjadi saling bunuh di antara orang-orang setelah mereka datang penjelasan kepada mereka, akan tetapi mereka berselisih ; sebagi¬an mereka beriman dan sebagian kafir. Dan apabila Allah meng¬hendaki maka mereka tidak saling membunuh, akan tetapi Allah melakukan apa saja yang Dia kehendaki" [Al-Baqarah : 53]
Ini adalah nash (teks Al-Qur'an) yang sangat jelas bahwa semua per¬buat¬an hamba telah dikehendaki Allah dan apabila Allah tidak meng¬hendaki mereka untuk melakukannya maka mereka tidak akan melakukan.
4. Beriman bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, Maka Allah adalah Maha Pencipta dan selain-Nya Dia adalah makhluk.
Segala sesuatu, Allah-lah pencipta¬nya dan semua makhluk adalah cipta¬an¬¬-Nya. Jika segala perbuatan manusia dan ucapannya termasuk sifat¬nya, se¬da¬ng¬¬kan manusia itu makhluk, maka sifat-sifatnya juga makhluk Allah. Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah. "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat" [As-Safat : 96]
Dengan demikian, Allah telah mene¬tap¬¬¬kan penciptaan manusia dan per¬buat¬an¬nya. Allah juga berfirman: "Wa ma ta'ma¬lun" (dan apa saja yang kamu perbuat). Para ulama berselisih pendapat tentang kata "ma" (apa saja), apa¬kah dia berupa "ma masdhariyah¬“ (sehingga tidak bermakna) atau "ma maushulah" (sehingga bermakna apa saja).
Berdasarkan dua perkiraan di atas (ma mashdariyah atau ma maushulah), maka ayat tersebut tetap menunjukkan bahwa per¬buatan manusia adalah ciptaan Allah. inilah keempat tingkatan keimanan kepada Qadar yang harus diimani, tidak sempurna ke¬ima¬n¬an seseorang terhadap Qadar kecuali dengan mengimani keempat-empatnya.
Ketahuilah bahwa iman kepada Qadar tidak berarti menghilangkan pel¬ak¬sanaan se¬bab, bahkan melaksanakan berbagai sebab merupakan perintah Syari'ah. Hal itu dapat tercapai karena Qadar, karena bebagai sebab akan melahir¬kan musabab (akibat).
Maka dengan demikian beriman kepada Qadar mengandung kedamaian jiwa dan hati dan hilangnya kegundahan karena kegagalan, serta hilangnya kekhawatiran untuk menghadapi masa depan. Allah berfirman. "Artinya : Tidak ada musibah yang menimpa di bumi dan di dalam dirimu sendiri kecuali telah ada dalam kitab sebelum Aku membebaskannya, sesungguhnya semua itu sangat mudah bagi Allah, agar supaya kamu tidak bersedih atas kegagalanmu dan tidak terlalu bergembira atas apa (nikmat) yang diberikan kepadamu" [Al-Hadid : 22-23]
Orang yang tidak percaya kepada Qadar sudah pasti mengamali kegoncangan ketika tertimpa musibah dan akan bersedih dan syetanpun kana membuka pintu untuknya dan dia akan merasa terlalu bersuka ria dan terlena ketika mendapat kegembiraan. Akan tetapi iman kepada Qadar akan mampu mencegah itu semua.
http://arifwita.multiply.com/journal/item/103/Iman_Kepada_Qodho_dan_Qodar
IMAN KEPADA HARI AKHIR ( KIAMAT )
Hari Akhri / Kiamat adalah hari dimana segala sesuatu di dunia ini binasa dan setelah itu manusia dibangkitkan dari alam kubur kea lam akhirat untuk menerima peangadilan dari Allah SWT.
Jadi beriman kepada Hari Akhir / Kiamat maksudnya adalah kita meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa pada suatu saat nanti alam semesta dan isinya ini akan berakhir dan manusia pasti akan dibangkitkan dari alam kuburnya menuju alam akhirat untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatannya dan menerima pengadilan dari Allah SWT, atas semua perbuatannya ketika di dunia, Allah SWT menerangkan kepastian adanya
Hari Kiamat dalam Al qur’an : “dan sungguh (hari) kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya, dan sungguh Allah akan membangkitkan siapapun yang di dalam kubur.” (QS. Al Hajj : 7)
A. Dalil naqli dan aqli tentang hari akhir / kiamat
Dalil dalil naqli tentang Hari Kiamat antara lain terdapat dalam surat Al Baqoroh : 177. “akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah SWT dan Hari Akhir.”
“siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah SWT dan Hari Akhir serta mengerjakan kebaikan, mereka itulah yang memperoleh pahala disisi tuhan mereka dan tiada ketakutan atas mereka serta merekapun tidak menaruh duka cita.” (QS. Al Baqoroh : 62)
Menurut dalil aqli, bahwa Hari Kiamat itu pasti terjadi. Maksudnya adalah bahwa setiap suatu benda pasti ada yang mencipta, dan setiap yang tercipta sudah pasti akan rusak. Alam semesta/ jagat raya ini diciptakan dan suatu saat pasti akan rusak binasa.
Kiamat Sughro Dan Kubro
1. Kiamat Sughro
Kiamat Sughro adalah kiamat kecil. Kiamat Sughro artinya kiamat yang sebenarnya sudah sering terjadi di dunia, seperti : rusaknya sebagaian alam, baik itu berupa gempa bumi yang dasyat, banjir besar, terbakarnya hutan, gnung meletus, bahkan matinya sekelompok manusia ataupun secara individu, merupakan contoh kiamat kecil. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa semua makhluq di jagat raya ini mempunyai sifat fana’ (rusak/tidak abadi). Firman Allah SWT : “segala sesuatu itu pasti rusak, melainkan zat-Nya Allah.” (QS. Al Qoshos : 88)
Tanda tanda kiamat Sughro :
a. Ilmu diangkat dan di lenyapkan.
b. Kebodohan jelas nyata/ timbul jahiliyyah modern.
c. Zina tersebar luas di sembarang tempat.
d. Minuman keras diminum orang tanpa larangan.
e. Banyaknya laki-laki yang pergi.
f. Banyaknya jumlah perempuan.
g. Hamba sahaya wanita telah melahirkan tuannya.
h. Orang yang tidak beralas kaki/ telanjang dan penggembala kambing telah menjadi pemimpin pemimpin manusia.
i. Para penggembala kambing bermegah megahan dalam gedung-gedung yang menjulang tinggi.
j. Adanya dua golongan besar saling membunuh.
k. Zaman brdekatan sekali, jarak antara tempat yang jauh menjadi dekat karena adanya alat transportasi yang canggih.
l. Banyak timbul fitnah dan adu domba.
m. Banyaknya pembunuhan dimana-mana.
n. Harta melimpah ruah, sampai sampai tidak ada orang yang menerima sedekah.
o. Seseorang ketika melalui makam orang lain, lalu berkata :”sayang, alangkah baiknya kalau aku dahulu menempati tempatnya”
p. Banyak kaum dajjal pendusta, jumlahnya hampir tiga puluh orang, semuanya mengaku sebagai Rosululloh.
q. Banyak kegoncangan/ gempa bumi.
2. Kiamat Kubro
Kiamat kubro adalah kiamat besar, yaitu saat rusaknya jagat raya dengan segala isinya. Didahului oleh guncangan yang dasyat, sehingga hancur semua tatanan tata surya dan planet yaitu matahari dan bulan.
Firman Allah SWT :
إِذَا زُلْزِلَتِ الأرْضُ زِلْزَالَهَا (١)
وَأَخْرَجَتِ الأرْضُ أَثْقَالَهَا (٢)
وَقَالَ الإنْسَانُ مَا لَهَا (٣)
1. apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
2. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”,
Tanda-tanda akan terjadinya Kiamat Kubro dimana telah menunjukkan sangat dekatnya sebagai berikut :
a. Terbitnya matahari dari arah baratdan terbenam dari arah timur.
b. Keluarnya suatu binatang yang sanat aneh. Binatang ini dapat bercakap-cakap kepada semua orang dan menunjukkan kepada semua manusia bahwa kiamat sudah sangat dekat.
c. Datangnya Al-Mahdi. Nama asli Imam Al-Mahdi adalah Muhammad Bin Abdulloh. Beliau termasuk ahlul bait (keurunan) Rosululloh SAW, yakni anak cucu dari Fatimah Putri Rosululloh SAW. Beliau serupa benar akhlaq dan budi pekertinya dengan Rosululloh SAW, tetapi tidak menyerupai dalam bentuk roman muka dan lain-lain.
d. Munculnya Dajjal. Dajjal adalah seorang yang munculsebagai tanda semakin dekat datangnya kiamat. Dajjal bermata buta sebelah dan mengaku sebagai “Tuhan”, berjalan di muka bumi dengan menyebar fitnah, penipu ulung, dan mengajak manusia kepada kekafiran. Dajjal berpropagada dengan menunjukkan “istijrodnya” yakni peristiwa dan kejadian yang luar biasa, sehingga seorang yang ketauhidannya kurang kokoh akan terpikat, jadi kafirlah dia. Dajjal dibunuh oleh kaum muslim di bawah pimpinan Nabi Nuh AS.
e. Hilang dan lenyapnya Al Qur’an dan mushaf, hafalan, dan hati. Yakni lenyapnya kitab suci Al-Qur’an, baik tulisan ataupun pada hafalan para hafidz dan hafidzah (para penghafal Al-Qur’an).
f. Berkumpulnya manusia, seperti selametan kelahiran, khitanan, nikahan, tahlilan, dan pengajian. Akan tetapi, tidak pernah sedikitpun dijalankan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
g. Turunnya Nabi Alloh SWT, Isa AS. Beliau akan turun ke bumi ini di tengah-tengah merajalelanya pengaruh Dajjal. Nabi Isa AS akan memerintahkan dengan adil sekali dan menerapkan syariat murni.
B. Fungsi beriman kepada Hari Akhir dalam kehidupan.
Apabila kita perhatikan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist yang berkenaan dengan saat tibanya Hari Kiamat, dapatlah disipulkan bahwa Rosululloh SAW sendiri juga tidak mengetahui secara pasti kapan saat tibanya hari kiamat itu, apalagi kita hanya manusia biasa. Oleh karena itu, tidaklah heran jika Imam Al-Alausi berkata “Allah SWT sengaja merahasiakan urusan datangnya hari kiamatdan juga merahasiakan datangnya ajal bagi manusia, karena adanya hikmah syareat di dalamnya.”
C. Hikmah syareat atau fungsi iman kepada hari Akhir / kiamat
a. Menambah iman serta ketaqwaan kepada Alloh SWT.
b. Lebih taak kepada Allah dan Rosululloh dengan menghindarkan diri dari perbuatan maksyiat.
c. Senantiasa hidup dengan hati-hati, waspada, dan selalu meminta ampunan kepada Allah SWT.
d. Member motivasi utuk beramal dan beribadah karena segala perbuatan baik akan mendapat balasan yang membahagiakan di akhirat kelak.
e. Selalu menghiasi diri dengan berdzikir kepada Alloh SWT, sehingga jiwa menjadi tenang.
http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2011/01/06/iman-kepada-hari-akhir/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar